Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta Itu Bikin Pusing

Di sebuah SMA yang terletak di pinggiran kota, ada seorang remaja bernama Raka yang terkenal dengan kelakuannya yang sering bikin gemas. Ia adalah siswa yang tidak terlalu pintar, tapi sangat populer di kalangan teman-temannya karena kelakuan konyolnya. Raka selalu punya cara untuk membuat suasana menjadi lebih hidup, bahkan jika itu berarti dia harus menjadi bahan tertawaan.

Pada suatu hari, sekolah mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan sebuah acara lomba musik antar kelas. Raka, yang tidak memiliki bakat dalam bidang musik, merasa bahwa inilah kesempatan emas untuk menarik perhatian gadis yang ia sukai, yaitu Sarah, seorang siswi populer yang terkenal dengan suara merdunya dan kecantikannya. Raka pun memutuskan untuk ikut serta dalam lomba tersebut.

Namun, Raka menghadapi masalah besar. Dia tidak bisa memainkan alat musik, tidak bisa bernyanyi, dan bahkan tidak tahu cara membaca not balok. Tapi, Raka punya ide cemerlang: dia akan membentuk band dengan teman-temannya dan berpura-pura menjadi vokalis utama. Tentu saja, band itu hanya punya satu alat musik—gitar yang dipinjam dari teman sekelasnya yang bernama Budi.

Raka pun mengumpulkan teman-temannya: Budi, si gitaris handal, Dina, yang bisa bermain keyboard walaupun cuma tahu satu lagu, dan Andi, yang... yah, Andi cuma bisa tepuk tangan dengan ritme yang entah kenapa terasa tidak pas. Mereka berlatih keras di belakang sekolah, mencoba mempersiapkan penampilan yang akan membuat mereka terkenal—terutama di depan Sarah.

Hari perlombaan pun tiba. Mereka masuk ke dalam ruangan, dan Raka yang sudah berdandan dengan gaya "keren"—padahal sebenarnya cuma memakai kaos oblong dan celana jeans robek—menghadap ke panggung dengan rasa percaya diri yang tinggi. Sarah duduk di barisan depan, dan Raka tidak bisa berhenti menatapnya. "Ini dia, kesempatan besar," pikirnya.

Ketika giliran band mereka tiba, Raka memimpin teman-temannya ke atas panggung dengan langkah megah. Namun, masalah pertama muncul ketika Dina, si keyboardist, lupa menyalakan keyboardnya. Hanya ada suara "klik-klik" yang terdengar saat ia menekan tuts. Budi, gitaris, mulai memainkan nada yang sangat salah, membuat Andi yang biasanya hanya tepuk tangan, akhirnya mulai menari dengan gerakan aneh—seperti sedang mengusir nyamuk.

Namun, Raka tetap bernyanyi, meskipun suaranya jauh dari kata "merdu". Bahkan, lirik yang ia nyanyikan salah, dan ia mulai improvisasi dengan kata-kata seperti, "Cinta itu seperti roti bakar, manis, tapi kadang gosong..." Semua orang di aula mulai bingung, sementara Sarah tertawa terbahak-bahak melihat penampilan yang semakin kacau itu.

Setengah lagu berjalan, dan Raka yang makin percaya diri malah melompat ke depan panggung. "Kita bisa!" teriaknya sambil melambaikan tangan. Namun, saat ia berbalik, ia terpeleset dan jatuh ke dalam deretan kursi penonton, tepat di depan Sarah! Semua orang terdiam, dan Sarah hanya bisa tertawa sambil menahan perutnya. Raka yang terbaring di lantai, mulai merasa malu, tapi berusaha tetap tampil cool dengan pura-pura tertawa.

“Wah, Raka, itu keren banget!” teriak Andi dari panggung, seakan-akan Raka sengaja melakukan aksi jatuh tersebut untuk menambah keseruan. "Itulah gaya panggung yang jarang ada!"

Pada akhirnya, meskipun band mereka tidak menang, acara itu menjadi momen yang paling lucu dan menghibur sepanjang hari. Semua orang tertawa, terutama Sarah yang terpesona dengan keanehan Raka. Setelah lomba selesai, Sarah mendekati Raka yang masih terbaring di kursi penonton.

"Raka, kamu nggak serius, ya?" tanya Sarah sambil tersenyum.

"Serius sih, tapi... lebih serius untuk bikin kamu tertawa," jawab Raka sambil mengedipkan mata.

Sarah tertawa lagi, kali ini lebih lembut. "Kamu lucu, Raka. Tapi jangan bikin band lagi, ya. Mungkin kamu lebih cocok jadi... badut sekolah?"

Raka hanya tertawa, "Oke, deal! Tapi kapan-kapan kamu harus jadi badut juga, biar kita duo badut!"

Sejak hari itu, meskipun Raka tidak pernah memenangkan lomba musik, ia tetap menjadi sosok yang paling berkesan di sekolah—bukan karena kemampuan musiknya, tetapi karena cara uniknya membuat orang tertawa. Dan Sarah? Dia akhirnya mulai lebih sering berbicara dengan Raka, meskipun lebih sering menggodanya tentang aksinya yang tidak terlalu berhasil.

Posting Komentar untuk "Cinta Itu Bikin Pusing"