Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pohon yang Tak Terlihat

Di sebuah desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidup seorang anak yatim bernama Zaki. Usianya baru sepuluh tahun, namun dunia telah memberinya beban yang lebih berat dari usia seharusnya. Sejak kecil, Zaki sudah terbiasa dengan kehilangan. Ibu dan ayahnya meninggal dalam kecelakaan tragis saat Zaki baru berusia tiga tahun. Sejak saat itu, ia tinggal bersama neneknya, seorang wanita tua yang penuh kasih, namun terbatas dalam segala hal.

Setiap pagi, Zaki berjalan sendirian ke sekolah, melewati jalan setapak yang dipenuhi debu dan rumput liar. Tidak ada lagi suara tawa atau pelukan hangat dari ibunya, atau pelukan erat ayahnya yang selalu membimbingnya di setiap langkah. Zaki belajar untuk tidak menangis, karena neneknya selalu berkata, "Kita harus tegar, Zaki. Hidup ini bukan hanya tentang menangis, tetapi tentang bagaimana kita bangkit dari kesedihan."

Namun, meskipun neneknya selalu mengingatkan untuk kuat, Zaki tidak bisa menahan perasaan kosong yang sering kali mengganggu hatinya. Setiap kali ia melihat teman-temannya yang memiliki orang tua, hatinya terasa sesak. Mereka bermain bersama ayah mereka, atau dipeluk oleh ibu mereka saat pulang sekolah, sementara Zaki hanya bisa berlarian sendirian di halaman rumah yang sepi.

Suatu sore, setelah pulang dari sekolah, Zaki duduk di bawah pohon besar yang ada di halaman rumah. Pohon itu adalah satu-satunya teman yang selalu setia menemani Zaki. Dahan-dahannya yang lebat memberikan keteduhan di siang hari yang terik, dan akarnya yang kuat menancap di tanah memberikan kesan bahwa pohon itu tak akan pernah goyah.

Zaki menatap ke langit, memikirkan kedua orang tuanya. Ia merasa seolah-olah mereka sedang mengawasinya, tapi dalam diam. "Kenapa kalian harus pergi?" bisiknya, berharap angin membawa jawabannya.

Pada suatu hari, nenek Zaki terjatuh sakit. Tubuhnya yang rapuh semakin lemah, dan Zaki merasa dunia semakin gelap. Tidak ada yang tersisa selain dirinya dan pohon besar di halaman. Zaki merasa kesepian lebih dari sebelumnya, karena pohon itu adalah satu-satunya tempat dia bisa bercerita tentang perasaan yang ia simpan.

Setiap hari setelah pulang sekolah, Zaki duduk di bawah pohon, mengajak pohon itu bicara tentang apa yang ia rasakan. "Aku takut, Pohon," katanya dengan suara pelan, "Jika nenek tidak ada, siapa yang akan merawatku?"



Hari demi hari, kondisi nenek semakin buruk, dan Zaki merasa kehilangan semakin nyata. Ia mulai merasa bingung, seolah-olah semua orang yang ia cintai meninggalkan dirinya tanpa memberi tahu kapan mereka akan kembali. Pada malam yang sangat gelap, nenek Zaki akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Zaki terjaga, dan saat melihat neneknya yang terbujur kaku, ia merasa hancur.

Namun, meski dunia terasa runtuh, Zaki tidak menangis. Ia berlari keluar dan menuju pohon besar yang selalu ia jadikan tempat bercerita. Dengan suara terbata-bata, Zaki berkata, "Pohon, aku tak tahu harus bagaimana. Aku tak punya siapa-siapa lagi."

Angin berhembus lembut, seolah memberi pelukan hangat. Dahan pohon itu bergoyang, seperti ingin menghibur Zaki yang merasa sendirian. Untuk pertama kalinya, Zaki merasakan bahwa pohon itu bukan hanya sekadar tumbuhan, melainkan juga sahabat yang setia. Meskipun tidak bisa berbicara, pohon itu selalu ada untuknya. Zaki menatap pohon itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca, namun kali ini, bukan hanya kesedihan yang ada di matanya, tetapi juga rasa syukur yang perlahan tumbuh.

Zaki tahu, meskipun neneknya telah tiada dan orang tuanya sudah lama pergi, pohon itu akan selalu ada untuknya. Ia bisa berbicara dan menangis di bawahnya, dan pohon itu akan selalu mendengarkan. Seperti halnya hidup, meskipun penuh dengan kehilangan, ada tempat untuk kita berdiri dan melanjutkan langkah, asalkan kita tidak melupakan akar kita—di mana pun itu berada.

Zaki berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa ia akan terus tumbuh seperti pohon itu, meskipun hidup kadang terasa berat. Sebab, meski tak terlihat, selalu ada hal-hal yang mendukung kita untuk tetap berdiri tegak.

Posting Komentar untuk "Pohon yang Tak Terlihat"